Siapa Sih yang Melakukan Kurban Pertama Kali?

BERKURBAN adalah perintah dari Allah SWT turun pada zaman Nabi Ibrahim. Hal inilah yang membuat umat Islam selalu memperingati Idul Adha dan menjadikan Nabi Ibrahim serta Nabi Ismail sebagai teladan dalam berkurban.

Namun jauh sebelum Nabi Ibrahim lahir, kurban sudah dilakukan oleh generasi pertama dari keturunan manusia pertama di bumi, yakni Nabi Adam. Kedua putranya, Qabil dan Habil mempersembahkan kurban untuk Allah dengan hasil perkebunan dan peternakan yang mereka miliki. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Maidah ayat 27.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): ‘Aku pasti membunuhmu!’. Berkata Habil: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa'”.

Qabil dan Habil adalah dua putra Nabi Adam dan Siti Hawa. Qabil lahir kembar dengan Iqlima, sementara Habil lahir kembar dengan Labuda. Sesuai perintah Allah, maka anak-anak Nabi Adam harus menikah dengan saudara yang bukan pasangan kembarnya (persilangan), Qabil dengan Lubuda dan Habil dengan Iqlima.

Pada saat mereka sudah tumbuh dewasa, maka muncullah nafsu antara laki-laki dan perempuan. Demi memelihara nafsu putra-putranya dan meneruskan keturunan, Nabi Adam dan Siti Hawa pun berencana menikahkan Qabil dengan Labuda dan Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak rencana dari kedua orangtuanya yang akan menikahkannya dengan Lubuda. Qabil tidak ingin menikahi Labuda karena menurutnya Labuda tak secantik Iqlima. Sebaliknya, Qabil ingin menikah dengan Iqlima yang merupakan saudara kembarnya sendiri.

Untuk menengahi perselisihan yang terjadi antara Qabil dan Habil, Nabi Adam pun menanyakan solusi kepada Allah. Kemudian Allah memerintahkan agar Qabil dan Habil mempersembahkan kurban. Nabi Adam pun meminta kedua putranya untuk menyiapkan kurban kepada Allah SWT. Kurban siapa yang diterima Allah, maka dialah yang berhak menentukan dengan siapa akan menikah.

Keduanya pun menyanggupi hal tersebut dan menyiapkan kurban dari hasil pertanian dan peternakannya masing-masing. Habil yang hidup sebagai penggembala, mempersiapkan kurban dengan membawa kambing-kambing kibas terbaik miliknya ke atas bukit. Sementara Qabil yang hidup di bidang pertanian membawa hasil pertaniannya yang paling jelek untuk digunakan sebagai kurban.

Mereka pun menunggu kurban siapa kiranya yang akan diterima oleh Allah. Beberapa saat kemudian, sebuah api muncul di atas bukit dan melahap kurban kambing yang dipersembahkan oleh Habil. Sementara kurban dari Qabil masih utuh di atas bukit, artinya kurbannya tidak diterima oleh Allah.

Karena dipenuhi amarah melihat kenyataan tersebut, Qabil pun ingin membunuh Habil. Habil pun mengatakan dirinya tidak akan membalas apabila Qabil berencana membunuhnya.

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Al Maidah: 28).

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. (Al Maidah: 29).

Post Author: freely syitara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *